𝐎𝐋𝐀𝐇𝐑𝐀𝐆𝐀

Sang Raja KO yang Berakhir di Kursi Roda

New York, Jurnalsepetnas.id – MALAM itu, tanggal 2 November 2013, di Madison Square Garden Theater, Kota New York, Ametika Serikat (AS) ribuan penonton datang untuk menyaksikan dua petinju tak terkalahkan, Sang Raja Knock Out (KO), Magomed Abdusalamov dari Rusia melawan Mike Perez dari Kuba memperebutkan sabuk tinju dunia versi World Boxing Council (WBC) milik Magomed, tapi ada harga lebih besar yang akhirnya mempertaruhkan nyawa.

Magomed datang dengan rekor sempurna: 18 kemenangan, semuanya melalui KO, sebuah mesin penghancur, Petinju kidal, 31 tahun, bertubuh kekar, dikenal dengan keberanian dan semangat tak tergoyahkan, namun malam itu, segala sesuatu yang bisa salah memang salah.
FB IMG 1753834130273 Jurnal Sepernas
Malam itu, pertarungan berjalan keras, brutal, penuh benturan, tapi sesuatu tampak tidak biasa, di sudut ring, Pelatih Magomed khawatir. wajah anak didiknya mulai bengkak parah, namun Mago (julukan magomed) seperti biasa menolak menyerah dia terus maju, menerima pukulan, membalas, lalu maju lagi.
Pertarungan berlangsung 10 ronde penuh, dan meskipun Magomed kalah angka, dia berjalan ke luar ring,Masih berdiri tapi hanya sementara.

Setelah laga, dia mulai muntah, pingsan, dan segera dilarikan ke rumah sakit di sanalah mimpi buruk dimulai.

Hasil Computed Tomography (CT) scan menunjukkan pendarahan parah di otak,Tim medis segera melakukan operasi.
Mereka membuang sebagian tengkoraknya untuk meredakan tekanan di otak prosedur darurat yang menyelamatkan nyawanya.

Magomed koma selama beberapa minggu, ketika sadar, dia tak bisa bicara, tak bisa berjalan, tak bisa makan sendiri, tubuhnya lumpuh sebelah, fungsi kognitifnya terganggu.
FB IMG 1753834120436 Jurnal Sepernas
Seorang pria yang dulunya monster di ring kini harus diajari kembali bagaimana mengedip dan tersenyum.

Yang membuat kisah ini makin tragis, semua ini bisa dicegah setelah pertarungan, Magomed sebenarnya mengeluh sakit kepala dan muntah-muntah, tapi alih-alih langsung dibawa ke rumah sakit, ia hanya diberi formulir dan pulang sendiri, bahkan naik taksi bersama istri dan timnya.

Investigasi kemudian membuktikan bahwa ada kelalaian dari dokter komisi atlet dan panitia pertandingan, keluarganya menuntut negara bagian New York,c dan menang, mereka diberikan kompensasi sebesar $22 juta, salah satu gugatan medis terbesar dalam sejarah tinju.
IMG 20250730 WA0001 Jurnal Sepernas
Kini, Magomed tinggal di Florida bersama keluarganya, dia dirawat penuh waktu oleh istri tercintanya yang tetap setia mendampingi. Ia tidak bisa berbicara, tapi bisa menunjukkan emosi lewat ekspresi wajah, kadang tersenyum ketika anak-anaknya datang mencium pipinya, kadang menangis diam-diam ketika mengenang masa lalu.

Putri sulungnya, yang dulu selalu menyaksikan ayahnya berlatih, kini menyaksikan ayahnya duduk terpaku di kursi roda, dunia yang dulu dikenalnya sebagai arena pertarungan, kini menjadi dunia terapi, pengobatan, dan kesunyian.

Magomed Abdusalamov bukan petinju pertama yang mengalami nasib tragis dan bukan yang terakhir, tapi kisahnya menjadi pengingat bahwa olahraga sekeras tinju memerlukan bukan hanya nyali dan otot, tapi juga sistem yang adil, aman, dan penuh tanggung jawab. (Sumber: Wikipedia)

Pewarta/Editor: Loh

Laode Hazirun

Ketua Umum Jurnal Sepernas."Sepernas satu2nya organisasi pers dari Indonesia timur yg merancang UU Pers tahun 1998 bersama 28 organisasi pers" HP: 0813-4277-2255

Related Articles