Konfrensi Prov PGRI Sulsel Beraroma Kecurangan?
Makassar, Jurnalsepernas.id – PEMBUKAAN Konferensi Provinsi Persatuan Guru Republik Indonesia Sulawesi Selatan (PGRI Sulsel) berlangsung di Aula Phinisi 1 Hotel Claro Makassar, Jum’at (06/12) yang diikuti pengurus PGRI Kabupaten/Kota se- Sulsel dengan jumlah sekitar 600 orang, terdiri dari Pengurus Kabupaten/Kota, Pengurus Cabang, dan Cabang Khusus.
Konferensi Provinsi tersebut dibuka Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Dr.Zudan Arif Fakrulloh yang turut pula dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Sulsel dan sejumlah pejabat lainnya.
Acara pembukaan ditandai dengan pemukulan beduk oleh Pj.Gubernur Sulsel didampingi Ketua Provinsi PGRI Sulsel, Prof. Dr. H. Hasnawi Haris M. Hum dan Ketua PB PGRI, Prof. Supardi M.Pd.
Dalam perjalanan kegiatan konferensi dari pleno ke pleno selanjutnya, nampak para peserta konferensi antusias, bahkan hingga malam ke dua yakni pada proses pemilihan pengurus yang juga merupakan inti dari pelaksanaan Konferensi tersebut.
Salah satu agendanya adalah pengukuhan pengurus Provinsi PGRI Sulsel periode 2024-2029 diduga beraroma kecurangan yang dinilai mencederai moralitas intelektual para pendidik akibat ulah segelintir oknum elite pejabat lingkup PGRI.
Usai Pengurus Provinsi PGRI Sulsel periode 2009-2024 didomisioner, panitia konferensi sibuk mempersiapkan Panitia Pelaksana (Panpel) pemilihan Pengurus Provinsi PGRI Sulsel periode 2024-2029.
Setelah persiapan pelaksanaan pemilihan dinilai lengkap, baik panitia pelaksananya maupun perangkat alat dan bahan serta papan penghitungan suara dari hasil pemilihan, maka berlangsunglah proses pemilihan pengurus provinsi PGRI Sulsel periode 2024-2029.
Pada saat peserta konferensi akan voting atau pemilihan pengurus, ada informasi beredar lewat pesan via Watshap (WA) dari seseorang yang sangat diperhitungkan posisinya di PGRI Provinsi Periode 2024-2029 yang isinya berupa nama-nama calon Wakil Ketua (F2) dan Sekretsris Umum (Sekum) pengurus Provinsi PGRI Sulsel periode 2024-2029 yang merupakan nama-nama titipan dari Pengurus Besar (PB) PGRI untuk kembali dipilih sebagai pengurus Provinsi PGRI Sulsel masa bakti 2024-2029.
Hal inilah membuat proses pemilihan dinilai sejumlah peserta bak pepatah; Setitik Nila Merusak Susu Sebelanga. Masih adakah yang ingin meminum susu sebelanga itu? Sifat amanah, jujur para guru saat itu luluh lantah oleh kekuatan satu pesan WA dari seorang yang sangat berpengaruh dalam kompetisi tersebut, akhirnya setelah perhitungan suara selesai, tampillah enam kandidat sebagaimana diharapkan peserta dan beberapa diantaranya tampil sebagai pemenang kontestasi, termasuk yang dipersiapkan untuk Sekretaris Umum (Sekum).
Pesan WA inilah yang sempat membuat gaduh suasana pemilihan pengurus, karena sejumlah calon Walil-Wakil Ketua harus bekerja keras melawan sejumlah nama titipan, baik dari PB PGRI maupun dari pihak tertentu yang dinilai mencederai berlangsungnya pemilihan pengurus Provinsi PGRI Sulsel periode 2024-2029, karena para peserta konferensi dari 24 Kabupaten/Kota se Sulsel dengan biaya kontribusi Rp. 1.750 000.
Kehadiran para peserta dari berbagai kabupaten/kota dengan tujuan untuk menyampaikan hak suara dan aspirasinya melalui pemilihan pengurus yang tentunya sudah membawa masing-masing calon pengurus berdasarkan hasil musyawarah di daerahnya masing-masing yang diharapkan bisa memperbaiki dan mengubah wajah dan kondisi kepengurusan di PGRI Provinsi yang dinilai beberapa tahun terakhir sangat memprihatinkan.
Sayangnya, hanya dengan satu pesan Watshap saja dari nomor Hp sang “Raja”, sejumlah kandidat harus kandas dan tenggelam oleh kekuatan dahsyat perolehan suara para titipan, akhirnya hak suara mereka dirampas dan dikibuli oleh kekuatan pemangku kepentingan yang ada dijajaran PGRI.
Tidak hanya itu, dalam proses pemilihan juga ditemukan dua peristiwa kecurangan, satu diantaranya berkaitan dengan salah satu kandidat F2, atas nama Nursalam, S.Pd, M.Pd yang melihat langsung tindakan panitia yang dinilainya sangat merugikan pihaknya, sehingga dengan sponton Nursalam berteriak dan mengamuk memprotes tindakan panitia yang dinilainya melanggar dan meminta untuk dilakukan perhitungan ulang atau juga sekalian dilakukan pemilihan ulang.
Menurutnya, salah seorang oknum panitia, ia melihatnya sendiri bahwa ketika nama Nursalam disebut, panitia yang bertugas menulis di papan, tidak menulis. “Ketika nama kandidat lain, oknum panitia mencoret dua kali, kata Nursalam sambil menyebut dua nama yang dimaksud ” papar Nursalam.
Seniwati peserta dari Kabupaten Luwu Timur (Lutim) berdasarkan pengakuannya, bahwa ia sempat berdebat dengan panitia atas nama Muhammad Yusuf. “Seniwati mengancam, kalau kau kasih pindah itu yang 8 suara, kufoto baru kulaporkan,” ujar Seniwati.
Ternyata inilah penyebabnya sehingga Muhammad Yusuf tidak berani memindahkan 8 suara tersebut ke kandidat yang memintanya, namun selebihnya, permainan panitia dalam poses pemilihan tersebut dari sejumlah indikasi kecurangan, mulai dari titipan nama-nama pengurus hingga dugaan kecurangan, hanya yang Maha Kuasa yang lebih mengetahuinya.
Walaupun sebelumnya Nursalam S.Pd., M.Pd sempat mengamuk dan ribut, bahkan menghentikan panitia dari perhitungan suara, dengan mencari potongan-potongan surat suara dilantai untuk dicocokkan kembali, akhirnya Nursalam menerima dan mengikuti pelantikan pengurus sebagai F2.
Walaupun dalam ocehan sebelumnya bahwa Nursalam sangat mengutuk tindakan panitia yang dinilainya curang dan tidak menerima hasil perhitungan suara nantinya, namun akhirnya ia menerima juga dan ikut dalam pelantikan yang dipimpin Prof, Suhardi dari PB PGRI.
Usai kejadian itu, muncul lagi satu peristiwa yang dinilai sangat memalukan jika terjadi dilingkungan para guru, yang diharapkan sebagai pelita, penerang, cahaya dan sosok khairul ummah, yakni keinginan salah seorang kandidat dengan meminta kepada panitia untuk memindahkan 8 suara di nama kandidat nomor lain ke namanya, namun ketika dikonfirmasi kepada panitia tersebut yang juga Sekretaris Kabupaten PGRI Bulukumba, Muhammad Yusuf S.Pd, M.Pd. “Ia membela diri dan mengatakan, tetap saya tidak memindahkannya,” aku Yusuf.
Perlu diketahui pula, sebelum pemilihan Wakil-Wakil Ketua (F2), sudah terpilih Prof. Dr. H. Hasnawi Haris M. Hum secara aklamasi dan menjadi orang penting dijajaran Pengurus Provinsi PGRI Sulsel periode 2024-2029.
Sementara Prof. Suhardi utusan dari PB PGRI yang turut menyaksikan peristiwa-peristiwa terebut yang dinilai ganjal tersebut, tampak tenang tak ada respon dan tindakan, hanya pindah-pindah tempat menyaksikan peristiwa-peristiwa itu terjadi dan akhirnya proses pemilihan berakhir.
Salah seorang peserta Konferensi Provinsi PGRI Sulsel yang dikonfirmasi terkait hal ini, membenarkan jika itu benar terjadi, jawabnya singkat. (Sumber: Seharani, Peserta Konferensi dari Kabupaten Jeneponto).
Pewarta/Editor: Loh