Bisikan Kalbu Seorang Ayah
Makassar, Jurnalsepernas.id – ANAKKUβ¦Bila aku tua, andai aku menjatuhkan gelas atau terlepas piring dari genggamanku, Aku berharap kamu tidak menjerit marah kepadaku, karena tenaga orang tua sepertiku semakin tidak kuat dan karena aku sakit. Pandangan mataku semakin kabur. Kamu harus mengerti dan bersabar denganku.
Anakkuβ¦Bila aku tua, andai tutur kataku lambat/perlahan dan aku tidak mampu mendengar apa yang kamu katakan,
Aku berharap kamu tidak menjerit padaku,
βAyah tuli kah ?β
βAyah bisu kah ?β
Aku minta maaf anakku.
Aku semakin MENUAβ¦
Anakkuβ¦Bila aku tua,
andai aku selalu saja bertanya tentang hal yang sama berulang-ulang,
Aku berharap kamu tetap sabar mendengar dan melayaniku, seperti aku sabar menjawab semua pertanyaanmu saat kamu kecil dulu,
semua itu adalah sebagian dari proses MENUA.
Kamu akan mengerti nanti bila kamu semakin tua.
Anakkuβ¦Bila aku tua,
Andai aku berbau busuk, amis dan kotor,
Aku berharap kamu tidak tutup hidung atau muntah di depan aku.
Dan tidak menjerit menyuruh aku mandi.
Badan aku lemah.
Aku tidak ada tenaga untuk melakukan semua itu sendiri.
Mandikanlah aku seperti aku memandikanmu semasa kamu kecil dulu.
Anakkuβ¦Bila aku tua,
seandainya aku sakit, temankanlah aku, aku ingin anakku berada bersamaku.
Anakkuβ¦.Bila aku tua dan waktu kematianku sudah tiba, Aku berharap kamu akan memegang tanganku dan memberi kekuatan untuk aku menghadapi kematianku. Jangan cemas. Jangan menangis. Hadapi dengan keridhoan.
Aku berjanji padamu.
Bila aku bertemu Allah.
Aku akan berbisik pada-Nya supaya senantiasa memberkati dan merahmati kamu, karena kamu sangat mencintai dan mentaatiku.
Terima kasih banyak anakku, karena mencintaikuβ¦.
Terima kasih banyak karena telah menjagaku.
Aku mencintaimu lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri, Anakku…takkan lama lagi ayahmu pamit!
Medio Juli 2024 (Loh)