Warga Buton Gelar Ritual Malona Qunua
Bau-Bau, Jurnalsepernas.id – INDONESIA sebuah negara besar yang memiliki berbagai khasanah budaya setiap suku yang disejahwentakan dalam tradisi digelar turun-temurun oleh masyarakatnya.
Sebagaimana masyarakat Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) sebuah tradisi di pertengahan Bulan Suci Ramadhan yaitu pada malam ke 16, masyarakat melaksanakan peringatan Malona Qunua (Malam Qunut) di setiap masjid.
Seperti terlihat, jamaah Masjid Tua Jila Ul Qulub di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, yang merupakan masjid peninggalan Sultan Buton ke-7, Sultan La Saparagau, menggelar tradisi ritual Malona Qunua atau malam qunut Ramadhan, Selasa (26/03).
Tradisi ini merupakan warisan leluhur orang Buton yang sudah dilakukan sejak abad ke-16 Masehi.
Tradisi Malona Qunua atau malam qunut Ramadhan merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak Kesultanan Buton memeluk agama Islam sekitar abad ke-16.
Dalam pelaksanaan tradisi malam qunut tersebut, berbeda dengan malam ramadhan lainnya, seluruh perangkat masjid mengenakan pakaian kebesaran atau pakaian adat Kesultanan Buton untuk melaksanakan tradisi Malona Qunua yang mengandung filosofi kehidupan beragama.
Menurut imam Masjid Tua Jila Ul Qulub, La Ode Harmin Khalik, masyarakat Buton meyakini, seseorang yang berpuasa pada hari pertama hingga hari ke sepuluh disimbolkan bahwa manusia telah memasuki alam arwah.
Kemudian pada hari ke-11 sampai 15 merupakan simbol manusia telah memasuki alam Mitsal dan ketika puasa memasuki malam ke-16 merupakan simbol bahwa manusia telah berada di alam Ajsam.
“Di alam inilah proses kejadian manusia telah berusia 120 hari dalam kandungan seorang ibu sebagai persiapan memasuki alam insan atau manusia yang sempurna,” ujar Harmin.
Tradisi Malona Qunua ini diawali dengan shalat Tarawih, kemudian pada rakaat terakhir shalat witir diselipkan pembacaan doa qunut, kemudian para perangkat masjid duduk bersila untuk saling memaafkan bersama para jamaah masjid.
Salah seorang Khatib Masjid Tua Jila Ul Qulub, La Ode Mastatar Mas’ud, menambahkan, tujuan penyelenggaraan ritual Malona Qunua diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis antara ulama dan umara seperti yang tersampaikan dalam pesan Nabi Muhammad SAW, bahwa ada dua golongan manusia yang apabila baik, maka baiklah manusia itu dan sebaliknya, apabila jahat maka jahatlah manusia itu.
“Ritual ini bertujuan memohon kepada Sang Pencipta, agar diberi keselamatan dunia dan akhirat dan terhindar dari segala marabahaya dan juga memanjatkan doa untuk keselamatan negeri,” pungkasnya.
Prosesi ritual Malona Qunua diakhiri acara makan bersama dengan sajian makanan khas tradisional yang juga menjadi hidangan di masa Kesultanan Buton seperti; kue waje (Kue dari Beras Ketan), kue baruasa, kue bolu, manu nasu Wolio (Masakan Ayam Buton), dan berbagai jenis makanan lainnya.
Acara makan bersama diawali dengan pembacaan doa oleh Moji, kemudian usai santap malam bersama, para perangkat masjid dan jamaah masjid Jila Ul Qulub salin bersalam-salaman. (Sumber: Dinas Kominfo Kota Bau-Bau).
Pewarta/Editor: Loh