Mengapa Air Laut Asin ?
Jakarta, Jurnalsepernas.id – SEPANJANG hidup kita hanya mengetahui bahwa, garam yang selama ini kita kosumsi terasa asin dan berasal dari air laut yang dikristalkan. Tapi, pernahkah kita mengatahui, mengapa air laut asin meski ada banyak air hujan yang ikut tercampur?
Mengutip situs Woods Hole Oceanographic Institution, rata-rata air laut mengandung sekitar 3,5 persen garam. Garam itu membuat air laut lebih padat daripada air tawar.
Bahkan kepadatan yang meningkat membuat manusia, hewan, dan benda lain bisa lebih mengapung di air laut.
Menurut para ilmuwan, rasa asin air laut disebut, salinitas memiliki variasi di seluruh lautan. Misalnya, cenderung lebih rendah di dekat ekuator dan kutub. Tapi salinitas meningkat di beberapa lautan, seperti Mediterania, yang lebih asin daripada bagian lautan lainnya.
Perbedaan air laut yang kadang tidak begitu asin bahkan dikalahkan oleh beberapa danau, seperti Danau Mono di California dan Laut Kaspia di Asia, yang masih lebih asin.
Bagaimana Air Laut Bisa Asin? Melansir Natural History Museum UK, Senin (13/03) bahwa, air laut yang asin atau Salinitas Laut dapat terjadi terutama disebabkan oleh hujan yang mencuci ion mineral dari daratan menjadi air.
Prosesnya dimulai saat Karbon Dioksida (CO2) di udara larut ke dalam air hujan, membuatnya sedikit asam. Saat hujan turun, ia menghancurkan bebatuan, di mana bebatuan ini adalah sumber utama garam yang terlarut dalam air laut.
Bebatuan yang hancur karena, hujan melepaskan garam mineral yang terpisah menjadi ion. Ion-ion ini terbawa air limpahan dan akhirnya mencapai lautan.
Natrium dan Klorida, konstituen utama dari jenis garam yang digunakan dalam memasak, membentuk lebih dari 90% dari semua ion yang ditemukan di air laut. Sekitar 3,5% dari berat air laut berasal dari garam terlarut.
Beberapa ion mineral digunakan oleh hewan dan tumbuhan laut, mengeluarkannya dari air. Mineral sisa telah menumpuk dalam konsentrasi selama jutaan tahun.
Gunung berapi bawah air dan lubang hidrotermal di dasar laut juga dapat melepaskan garam ke laut.
Oleh karena itu, perairan yang terisolasi dapat menjadi sangat asin, atau hipersalin, melalui penguapan.
Laut Mati adalah contohnya. Kandungan garamnya yang tinggi meningkatkan kerapatan air, itulah sebabnya orang lebih mudah mengapung di Laut Mati daripada di lautan biasa. (Sumber: Natural History Museum).
Pewarta/ Editor: Loh