𝐎𝐑𝐆𝐀𝐍𝐈𝐒𝐀𝐒𝐈

Jemaah An-Nadzir Tetapkan 1 Ramadan Jum’at

Sungguminasa, Jurnalsepernas.id – DALAM menentukan 1 Ramadan, setiap organisasi keagamaan, kelompok terekat, dan aliran lainnya berbeda dengan pemerintah dalam menentukan awal puasa tahun 2025 ini.

Hal itu, terjadi pula pada Jemaah An-Nadzir Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) menetapkan awal Ramadan, pada Jumat (28/02). Artinya mereka melaksanakan shalat tarwih kamis malam.

Hal itu, mereka putuskan setelah melakukan pemantauan hilal atau bulan dengan menggunakan aplikasi di handphone.
“Insya Allah, Jumat (28/02) kami sudah puasa,” kata Pimpinan Jamaah An-Nadzir, Ustad Samiruddin Pademmui kepada awak media Kamis (27/02).

Menurut Samiruddin, dalam melakukan pemantauan bulan, pihaknya tetap istiqomah berdasarkan ilmu dan metodologi.

Metode yang digunakan dalam memantau bulan, yakni pertama menetapkan bulan purnama 14, 15, dan 16, berdasarkan kriterianya masing-masing, kemudian memantau waktu jam terbitnya bulan ke 27, 28, dan 29 pada subuh hari di Timur dan tenggelamnya bulan di ufuk Barat.

“Selain itu, memperhatikan fenomena alam, seperti adanya hujan atau rintik, petir, angin kencang, dan pasang kondak air laut,” ujar Samiruddin.

Lanjut dia mengatakan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, ada beberapa aplikasi di handphone yang sedikit banyak membantu dan lebih memudahkan untuk mendeteksi waktu terbit, terbenam dan terjadinya konjungsi (bertemunya bulan dan matahari pada fase bulan baru), ijtima, new moon (pergantian bulan), bulan baru (hilal).
IMG 20250228 WA0029 Jurnal Sepernas
“Dari beberapa aplikasi yang ada di handphone, kemudian dilakukan penelitian oleh Jamaah An-Nadzir beberapa tahun terakhir ini di beberapa daerah di Sulawesi, Jawa, dan daerah lainnya, maka didapatkan ada 2 aplikasi di handphone yang lebih praktis dan ternyata juga hasilnya sangat akurat dan semakin memudahkan kita dalam memantau dan menetapkan waktu dan hitungan bulan,” paparnya.

Aplikasi tersebut, sejalan dengan ilmu dan metodologi yang diajarkan oleh guru dan imam KH Syamsuri Abdul Madjid dan Ustad Rangka Hanong Daey Kiyo.

Samiruddin menambahkan, dalam pergantian bulan, selama bulan masih terbit di ufuk timur mendahului terbitnya matahari maka itu masih bulan tua. Sebaliknya, jika matahari lebih dulu terbit di ufuk timur daripada bulan, maka sudah bulan baru (hilal).

Dengan dasar itu, kata Samiruddin, ijtima, konjungsi, new moon (pergantian bulan) bisa terjadi di pagi hari, tengah hari, sore hari, malam hari dan subuh hari, waktu setempat.
IMG 20250228 WA0028 Jurnal Sepernas
“Jadi pergantian bulan itu bagaikan kita menyalakan lampu (dari gelap menjadi terang), artinya ketika bulan akhir (bulan tua) habis, maka secara otomatis masuk bulan baru (hilal). Proses perpisahan akhir bulan (bulan tua) ke bulan baru (hilal) dengan matahari membutuhkan waktu sekitar +/- 3 jam,” ungkapnya.

Lebih jauh Samiruddin menjelaskan, pada hari Jumat 28 Februari 2025 M sudah terjadi konjungsi, ijtima, new moon (pergantian bulan) Sya’ban ke Ramadan sekitar jam 08.46 WITA, jam 07.46 WIB dan jam 09.46 WIT. Hal ini berarti bahwa pada hari Jumat 28 Februari 2025 M sudah masuk bulan Ramadan 1446 H. Namun hilal tidak dapat dilihat secara kasat mata.

“Berdasarkan hasil perhitungan dan pemantauan bulan tersebut, dan demi kehati-hatian, maka Jamaah An-Nadzir Gowa mulai berpuasa pada hari Jumat 28 Februari 2025 M. Dengan demikian, maka kita sedang dalam keadaan berpuasa lalu bulan Ramadhan 1446 H masuk. Namun secara sempurna full puasa Ramadan 1446 H terhitung mulai Sabtu 1 Maret 2025 M,” pungkasnya.

Pewarta: M Yunus
Editor : Loh

Laode Hazirun

Ketua Umum Jurnal Sepernas."Sepernas satu2nya organisasi pers dari Indonesia timur yg merancang UU Pers tahun 1998 bersama 28 organisasi pers" HP: 0813-4277-2255

Related Articles