𝐏𝐄𝐍𝐃𝐈𝐃𝐈𝐊𝐀𝐍- 𝐁𝐔𝐃𝐀𝐘𝐀

Renungan Kalbu: Siapakah Isteri Sebenarnya?

Jakarta, Jurnalsepernas.id LELAKI sehat dan normal sejatinya memiliki isteri, anak, dan orangtua yang melahirkan. Orang selalu berkata, ada bekas istri/suami, tapi tidak ada bekas anak atau bekas orangtua.

Terkait ungkapan itu, seorang Profesor dari sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melakukan riset kecil kepada para mahasiswanya yang sudah berkeluarga.

Pada suatu momen dalam ruang kuliah, Sang Profesor lalu meminta satu orang mahasiswa untuk maju ke depan papan tulis, salah seorang Mahasiswa yang sudah berkeluarga maju memenuhi permintaan Profesor.

Lalu Professor menyuruh menuliskan 10 nama orang yang paling dekat dan sayang dengannya. “Coba tulis 10 nama yang kamu dekat dengan mereka,” suruh Profesor. Lalu mahasiswa itu menulis 10 nama, ada nama tetangga, orgtua, teman kerja, istri, anaknya, dan saudara.

Lanjut Profesor menyuruh lagi. “Sekarang silahkan pilih tujuh orang diantara 10 nama tersebut yang kamu benar-benar ingin hidup terus bersamanya,” pinta Profesor lagi.

Mahasiswa itu lalu mencoret tiga nama, tak berhenti di situ, Profesor menyuruh lagi, silahkan coret dua nama lagi, maka tinggalah lima nama tersisa.

Kemudian Profesor menyuruh lagi, coret lagi dua nama, sehingga tersisalah tiga nama yaitu; nama ibu, istri dan anak yang dipilih Sang Mahasiswa.

Suasana kelas jadi hening. Mereka mengira semuanya sudah selesai dan tak ada lagi yang harus dipilih, namun tiba-tiba Profesor itu berkata: “Silahkan coret satu nama lagi,” pintanya.

Mahasiswa itu tertegun untuk sementara waktu.
Lalu ia dengan perlahan mengambil pilihan yang amat sulit itu dan dia mencoret nama ibunya, maka tinggalah dua nama yakni istri dan anak.

Dalam suasana hati Mahasiswa tertegun dan para Mahasiswa lainnya hening di ruang kuliah, Sang Profesor tiba-tiba menyuruh, silahkan coret satu nama lagi untuk memilih antara istri dan anak sebagai orang yang dicintai Mahasiswa itu.

Di sini, hati Sang Mahasiswa makin bingung dan suasana kelas makin tegang.
Mereka semua juga berpikir keras mencari pilihan yg terbaik.

Mahasiswa itu kemudian mengangkat spidolnya dan dengan sangat lambat ia mencoret nama anaknya.
Pada saat itulah Sang Mahasiswa tidak kuat lagi membendung air matanya, ia pun menangis yang juga dirasakan sejumlah Mahasiswa di ruang kelas itu.

Awan kesedihan pun meliputi seluruh sudut ruang kuliah. Setelah suasana lebih tenang, Sang Professor akhirnya bertanya kepada mahasiswa itu. “Kamu tidak memilih orang tua yang membesarkanmu,
tidak juga memilih anak yang adalah darah dagingmu; kenapa kamu memilih istrimu? Toh istri bisa dicari lagi kan,” tanya Profesor.

Semua orang di dalam ruang kuliah terpana menunggu jawaban dari mulut Mahasiswa itu. Lalu Mahasiswa itu berkata lirih. “Seiring waktu berlalu, orang tua saya harus pergi dan meninggalkan saya selamanya.

Demikian juga anak saya. Jika dia sudah dewasa lalu menikah. Artinya dia pasti meninggalkan saya juga. Akhirnya orang yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini, bahkan yang dengan sabar dan setia mendampingi dan mensupport saya saat tertatih dan terseok-seok berjalan menghadapi himpitan kehidupan untuk meraih karir hanyalah istri saya,” jawab Mahasiswa dengan suara serat.

Setelah nenarik nafas panjang dia melanjutkan, orangtua dan anak bukanlah saya yang memilih, tapi Tuhan yang menganugerahkan. Sedangkan istri? Saya Sendirilah, yang memilihnya dari sekian milyar wanita yang ada di dunia ini.

Dan hanya istrilah yang menemani susah, senang dan pahit manisnya kehidupan. (Sumber: Dilansir dari Inspirasi Keluarga Laman FB).

Pewarta/Editor: Loh

Laode Hazirun

Ketua Umum Jurnal Sepernas."Sepernas satu2nya organisasi pers dari Indonesia timur yg merancang UU Pers tahun 1998 bersama 28 organisasi pers" HP: 0813-4277-2255

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *