Barongsai Hiasi Acara Cap Go Meh
Makassar, Jurnalsepernas.id – BERKAT Presiden Indonesia ke empat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, budaya Tionghoa seperti Imlek momen perayaan Tahun Baru dan Cap Go Meh bisa terlaksana setara dengan hari-hari keagamaan lainnya dan atraksi acaranya dapat dinikmati bangsa Indonesia hingga sekarang.
Bagi kalangan Tionghoa, tahun baru disebut Imlek dan Cap Go Meh merupakan rangkaian acaranya seusai 14 hari perayaan Imlek. Sebagaimana perayaan Cap Go Meh di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), acaranya dipusatkan di Jalan Sulawesi, Sabtu (24/02).
Cap Go Meh merupakan puncak perayaan Tahun Baru Imlek, di mana perayaannya disuguhi dengan atraksi Barongsai yang ditonton bukan saja kalangan Tionghoa, tapi disaksikan pula sejumlah masyarakat Makassar dan sekitarnya. Banyak penggemar Barongsai histeris menyaksikan keunikan acara tersebut dan diantara mereka memberi angpao (Amplop) kepada pemain Barongsai.
Pada rangkaian perayaan Imlek tersebut, tidak hanya ketangkasan Barongsai yang ditampilkan, namun ada pula parade budaya Suku Bugis dan Makassar menghiasi festival dalam rangkaian perayaan Cap Go Meh.
Keterampilan para paraga memainkan bola dari kaki ke kaki juga menjadi hiburan tersendiri yang mampu menghipnotis para penonton yang berjubel di Jalan Sulawesi Makassa r.
Pada momen tersebut, tak ketinggalan komunitas Bissu Bugis (Tokoh Spiritual) meramaikan acara tersebut masing-masing berasal dari Bone, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Soppeng, dan Wajo tampil menunjukkan tradisi budayanya.
Perekat Kerukunan Umat
Menurut Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Sulsel, Yonggris Lao festival budaya Cap Go Meh menjadi ajang perekat kerukunan umat.
Lanjut Yongris, penampilan Karnaval Budaya dan prosesi Cap Go Meh, diikuti 800 orang peserta berbagai komunitas Tionghoa Makassar.
Dia menambahkan, muatan prosesi Cap Go Meh pertama dengan budaya, menampilkan budaya Makassar, budaya Bugis. Pihaknya mengundang komunitas Bissu dari Wajo, Bone, Soppeng.
Pemberkatan Kota
Kata Yongris, ada juga prosesi Cap Go Meh dengan arak-arakan untuk upacara pemberkatan yang disebut Ritual Mappassili. Salah satunya pemberkatan Kota Makassar.
Lebih jauh Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia Sulsel itu mengatakan, puncak rangkaian acara, ada pada momen Jappa Jokka Cap Go Meh.
Maknanya yakni; masyarakat berkeliling menikmati sajian kebudayaan hingga ragam kuliner di sepanjang Jl Sulawesi.
Nikmati Jajanan
“Jappa jokka kan seperti jalan-jalan. Kita ingin masyarakat jalan-jalan menikmati jajanan. Ada 150 stand yang berdiri di sepanjang Jalan Sulawesi. Ada juga penampilan seni,” jelasnya.
Yonggris berharap, momen Cap Go Meh ini menjadi wadah untuk lebih bersyukur dalam menjalani hidup,
sekaligus menyatukan kembali masyarakat.
Puncak Tahun Baru Imlek
Cap Go Meh adalah akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek yang dilakukan tiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa atau dua minggu setelah Tahun Baru Imlek.
Istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien Chap Goh Meh yang berarti; Malam Kelima Belas. Isitilah ini umum digunakan oleh Tionghoa Indonesia dan Malaysia.
Perayaan Cap Go Meh telah dilakukan sejak abad ke-7 Masehi pada masa Dinasti Han di Tiongkok, terutama saat migrasi masyarakat Tionghoa ke wilayah bagian selatan Tiongkok.
Perayaan diadakan bersama oleh raja dan masyarakatnya pada malam tanggal ke-15 bulan pertama penanggalan Tionghoa.
Festival Lampion
Para petani memasang lampion berwarna-warni di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman serta memperindah pemandangan.
Selain itu, diadakan pertunjukan musik dan Barongsai untuk memeriahkan perayaan. Setelah itu, Cap Go Meh kemudian diadakan secara turun-temurun oleh masyarakat Tionghoa yang tersebar di seluruh dunia.
Cap Go Meh dilakukan dengan mengadakan parade dan arak-arakan di sepanjang jalan. Pada malam harinya, perayaaan dilanjutkan dengan mengadakan festival lampion.
Dalam perayaan Cap Go Meh, pertunjukan Barongsai merupakan lambang dari kepercayaan masyarakat Tionghoa. Barongsai diyakini sebagai pertanda kesuksesan, keberuntungan dan pengusir hal-hal buruk.
Pewarta: Abd Akib Majid
Editor : Loh