๐‹๐€๐ˆ๐๐๐˜๐€

Kisah Nyata: Allah Bayar Secara Tunai

Dikisahkan oleh: Seorang Ustadzย di Negeri Jiran
Editor: Loh

SUATU hari saya pergi ke satu Rumah Panti Jompo,
seorang sahabat meminta bantuan, agar saya dapat menyalurkan bantuan kepada orang miskin.

Saya belikan kain sarung,
beli roti, dan makanan instant lainnya, lalu saya pergi ke Panti Jompo yang saya kenal, tak usah saya sebut namanya.

Saat sampai di Panti Jompo, kendaraan kami di perkarangan Panti Jompo tersebut, tiba-tiba dihampiri seorang ibu tua berlari dari asrama (Panti) mendekati saya.

“Ye…
Ye…
Anak aku datang,
Anak aku datang,
senangnya… Anak aku datang,” demikian berkali-kali sahutnya. Padahal saya tak mengenal beliau siapa?
Dan Ibu itu langsung menghampiri dan memeluk saya dan dia mencium saya.

0rang tua itu berkata…
“Nak…Kenapa tinggalkan ibu disini nak. Ibu mau pulang…
Ibu rindu rumah kita,” sebutnya.

Saya waktu itu, hampir tak bisa berkata-kata. Ya Allah…
Saya coba mengucapkan kata…

“Bu…
Saya pegang tanganya,
saya lihat mukanya,
dia bilang. “Sampai hati nak,
kau tak mengakui aku…
ini ibu kau nak,” sapanya.

Saya bisa bayangkan?
Bagaimana perasan beliau begitu rindu pada anaknya.
Saya coba berpura-pura,
seolah-olah saya anaknya, saya berkata…

“Bu…Maafkan saya ya…”
Saya pegang tangannya, saya ajak duduk atas kursi,
saya ambil roti, dan saya suapkan ke mulutnya,
tak terasa menetes air mata di pipinya.

Saya coba membayangkan,
hati seorang ibu yang rindu kepada anaknya. Bila kita anaknya, mengambilkan sepotong roti, lalu kita suapkan kemulutnya.
Bagaimana perasaan beliau?
Bagaimana perasan kita?

Saya coba usap air matanya yang meleleh di pipi,
dia pegang tangan saya,
Subhana Allah…
Saya bisa merasakan bagaimana perasaan beliau yang begitu rindu kepada anaknya.

Saat saya hendak pulang,
Dia pegang kaki saya sambil berkata…

“Nak…
Jangan tinggalkan ibu nak,
Ibu mau balik,
Ibu mau pulang…”

Akhirnya saya minta izin pada pihak pengawas panti di situ, melihat data beliau ternyata anaknya ada 5 orang, yang paling sulung bergelar Tan Sri, orangnya memang kaya,
Zpunya nama besar,
dan hebat orangnya.

Waktu saya izin pulang,
Dia pegang baju saya,
Dia bilang mau ikut saya pulang. Saya bilang,
di mobil ada banyak barang.
“Tak apa kata ibu itu,
saya duduk sama barang-barang itu,” ujarnya lirih.

Akhirnya saya izin ke pengelola Panti untuk membawa ibu itu selama lima hari saja.

Pulang ke rumah saya,
Sholat Subuh saya jadi Imam dia makmum di belakang. Saya baca doa lalu salam, saya tengok air mata beliau jatuh.
Selesai berdoa saya salami beliau, saya cium tangannya,
saya bilang…

“Bu…Maafkan saya ya…”

Waktu itu,
saya tak membayangkan,
kalau ibu saya sudah meninggal, tapi saya bayangkan ibu ini adalah ibu saya, sebab dia rindu pada anak-anaknya.

Di hari ketiga di rumah saya,
waktu sholat Isya, selesai berdoa saya salami beliau, namun dia lapisi tangannya dengan kain mukenanya,
dia salam.

Saya bilang…
“Bu…Kenapa ibu lapisi tangan ibu? Dua hari yang lalu ibu salam, ibu tak melapisi tangan ibu dengan saya. Kenapa hari ini ibu lapisi tangannya?

Dia bilang… “Ustaz…
kau bukan anak saya kan…”

Subhanaallah…
Tiba-tiba dia sebut nama saya “Ustaz”. Saya bilang…

“Kenapa ibu panggil saya ustaz? Saya anak ibu,” jawabku.

Dia berkata…
“Bukan…
Kalau anak saya dia tak akan seperti ini. Kalau anak saya dia tak akan jadi imam saya,
Kalau anak saya dia tak akan suap saya makan,” aduh perih hatiku mendengarnya

Bayangkan sahabat-sahabat. Bagaimana perasaan ibu ini,
spontan saya pegang dia,
saya peluk dia, saya menangis, lalu saya bilang…

“Bu… Walaupun bukan ibu saya, tapi saya sayang ibu seperti ibu saya,” seruku.

Saya pegang tangan ibu ini…
Walaupun bukan ibu saya,
tapi saya tahu hatinya sangat rindu dekat dengan anaknya, waktu itu saya pandang wajahnya, saya bilang…

“Bu…Walaupun ibu saya telah tiada, tapi ibu boleh ganti menjadi ibu saya,
ibu duduklah di sini…”

Saat makan, saya suapkan nasi ke mulutnya, dia muntahkan makanan dari mulutnya.

Saya tanya…”Kenapa bu? Dia tidak berge

ming.

Tiba-tiba saya lihat wajahnya pucat, saya angkat dia lalu memanggil mobil Ambulan mengantarnya ke Rumah Sakit (RS).

Waktu di RS, saya ambil kepalanya dan saya rebahkan ibu ini dan dia pegang tangan saya sembari berkata…

“Ustaz…Kalau saya mati,
tolong jangan beritahu sorang pun anak saya.
Kalau saya sudah mati,
Jangan beritahu mereka di mana makam saya.
Kalau mereka tahu di mana kuburan saya, jangan izinkan dia pegang batu nisan saya,” pinta ibu itu.

Saya pegang beliau saya berkata…”Bu…Jangan ngomong seperti itu, Bu…”

Saat itu, isteri saya menangis di sebelah,
anak saya menangis di sebelah memegang dia,
kami memegang dia…

“Bu…Jangan ngomong seperti itu, Bu,” pintaku.

Dia geleng kepala,
Rupa-rupanya itulah saat penghujung hayatnya.
Akhirnya dia pun meninggal di atas ribaan saya di rumah sakit itu.

Dia meninggal dalam pelukan saya, saya doakan Ibu yang bernama Hajjah Khalijah ini ruhnya mudah-mudahan bersama salalu soleh.

Sahabat, bila kita masih ada ibu, tolonglah taat pada ibu kita. Jangan durhaka pada ibu kita, jangan tinggalkan dia di Panti Jompo, saat ibu kita sakit, kita jaga dia, pijat-pijat kepala dan kaki ibu kita…

Sahabat-sahabat coba tanya ibu kita…Bagaimana penderitaan ibu saat mengandung saya dulu?
Bagaimana sakitnya ibu saat melahirkan saya dulu?

Tanya ibu kita sahabat-sahabat sekalian…
Kalau kita tanya sudah tentu air mata ibu kita akan jatuh,
karena itu sahabat-sahabat suapkanlah makanan pada ibu kita.

Sahabat-sahabat semua.
Selepas wafatnya ibu ini, ternyata berita kematiannya sampai juga kepada anaknya yang sulung, Tan Sri, anak dia terus telefon saya.

Apa anaknya almarhumah ibu itu bilang pada saya.
“Saya akan bawa anda ke pengadilan, saya akan tuntut anda telah membawa keluar ibu saya dari dari Panti Jompo,” ancamnya.

Tiga tahun dia titipkan ibunya di Panti, dia tak pernah datang menjenguk,
sebab itu ibunya rindu,
hingga ibu itu tak bisa membedakan saya dengan anaknya.

Akhirnya saya tunggu,
tunggu punya tunggu tidak ada kabar hampir setahun lebih, tidak ada gugatan.

Suatu saat, saya pergi ceramah di Masjid di daerah pecinaan, delesai saya ceramah datang seorang lelaki memeluk saya sembari menangis dalam masjid. 0rang dalam masjid heran. Ada apa ini, dan
saya tanya pada dia.

“Pak, Ada apa ini?
Ada masalah apa,” tanyaku.

Dia menjawan dalam keadaan menangis.
“Ustaz, tolong kasih tahu di mana makam ibu saya ustaz? Tolong kasih tahu di mana kuburan ibu saya,” pintanya.

Saya bilang. Kenapa hari ini baru tanya kuburan ibu kamu? Dia bilang, tolonglah ustaz. “Saya mau jumpa ibu saya ustaz. Sayalah orang yang bergelar Tan Sri yang mau menuntut ustaz saat itu. Saya sekarang ini sudah bangkrut ustaz, isteri saya mati kecelakaan,
rumah disita bank,
mobil mewah saya semua dah disita Bank,
tinggal 1 saja, motor tua itu,” kata dia sambil menangis.

“Saya berkata pada dia,
saya bisa tunjukkan makam ibu kamu, tapi dengan satu syarat, kamu jangan pegang batu nisan ibu kamu,” pintaku.

Akhirnya kami menuju makam almarhumah ibunya, setelah sampai di pemakaman, tak sempat saya turun dari mobil, dia turun duluan.

Saya melihat di depan mata saya sendiri dia jatuh tersungkur, tangannya menjadi hitam, mulutnya tertarik sebelah yang tadi awalnya tangan dan mulutnya baik-baik saja,
sambil memanggil-manggil
“Ibu…
Ibuuu…
Ibuuuuu…”

Tiba-tiba saya angkat dia tak jauh dari makam ibunya, namun belum sampai ke kuburab ibunya, dia sudah hembuskan nafas terakhir disamping makam ibunya.

Allahu Akbarrr…!!!

Mengucap panjang saya…
Allah SWT tunjukkan kepada saya, dikehidupan ini balasan anak yang durhaka pada ibu dan ayahnya.

Semoga kisah ini menjadi pelajaran di luar sana,
ambillah iktibar dari kisah di atas. Dan apabila mata ibumu sudah tertutup,
maka hilanglah satu keberkatan di sisi Allah SWT.
Yaitu *Doa* seorang ibu.”
Tamat

๐‘๐”๐’๐Œ๐ˆ๐

๐Š๐ž๐ญ๐ฎ๐š ๐ˆ๐ˆ ๐ƒ๐ž๐ฐ๐š๐ง ๐๐ข๐ฆ๐ฉ๐ข๐ง๐š๐ง ๐๐ฎ๐ฌ๐š๐ญ ๐’๐ž๐ซ๐ข๐ค๐š๐ญ ๐๐ž๐ซ๐ฌ ๐‘๐ž๐Ÿ๐จ๐ซ๐ฆ๐š๐ฌ๐ข ๐๐š๐ฌ๐ข๐จ๐ง๐š๐ฅ (๐ƒ๐๐- ๐’๐„๐๐„๐‘๐๐€๐’) ๐๐š๐ง ๐Š๐จ๐ซ๐๐ข๐ง๐š๐ญ๐จ๐ซ ๐๐š๐ฌ๐ข๐จ๐ง๐š๐ฅ (๐Š๐Ž๐‘๐๐€๐’) ๐Œ๐ž๐๐ข๐š ๐‚๐ž๐ญ๐š๐ค ๐๐š๐ง ๐Ž๐ง๐ฅ๐ข๐ง๐ž, ๐‘ฑ๐’–๐’“๐’๐’‚๐’๐’”๐’†๐’‘๐’†๐’“๐’๐’‚๐’”.๐’Š๐’…- ๐Œ๐„๐๐†๐”๐๐†๐Š๐€๐ ๐…๐€๐Š๐“๐€ ๐“๐€๐๐๐€ ๐๐€๐“๐€๐’ , ๐Œ๐ž๐ฅ๐š๐ฅ๐ฎ๐ข ๐ˆ๐ง๐ฏ๐ž๐ฌ๐ญ๐ข๐ ๐š๐ฌ๐ข ๐๐š๐ง ๐Œ๐จ๐ง๐ข๐ญ๐จ๐ซ๐ข๐ง๐  Telepon: 082332930636 / 082312911818.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *