๐๐„๐๐ƒ๐ˆ๐ƒ๐ˆ๐Š๐€๐- ๐๐”๐ƒ๐€๐˜๐€

Nasib Anak Yatim, Direndahkan Tapi Juara Kelas

(Cerpen Karya: Pipit Aishafa)

Kamu terlambat?” ujar Bu Widia saat mendapati Kayla baru masuk. “Berdiri di depan sana!m,” bentak Bu Widia.

Kayla berjalan menuju pojok ruangan. Berdiri dengan satu kaki sampai jam pelajaran Bu Widia selesai.

Teng-teng!

Bunyi bel pertanda jam pelajaran usai. Kayla bernafas lega dan bisa menurunkan kakinya.

“Jangan sampai terlambat lagi, saya akan hukum kamu lebih berat jika sampai terlambat. Satu lagi, saya tak akan mulai mengajar sampai kamu datang,” ancam Bu Widia. Pesan Bu Widia hanya dianggukan Kayla pelan. Dalam hati ia menangis, karena terlambat ke sekolah bukan tanpa sebab.

“Ibu ….” Sebut Kayla dalam sedih.

Pagi menjelang, suasana kota Satria terlihat seperti biasa, hiruk-pikuk kendaraan lalu lalang membuat siapa saja yang melihat terasa berat dan pusing.

Hari ini Kayla berangkat sekolah sedikit terlambat lagi. Ia masih harus mengurus ibunya yang sakit- sakitan itulah yang membuat sang juara sekolah itu harus sering kesiangan.

“Aduh …. Masih kebagian angkot yang lega ngga ya?” gumam Kayla dengan wajah sedikit panik. Tentu, karena takut jika sampai dia dihukum lagi akibat terlambat, malu sebenarnya, apalagi saat teman-temannya selalu mencemooh saat dia datang terlambat. Beberapa kali ia menghentikan angkot, tapi ternyata sudah penuh. Bahkan sampai pada bergelantungan di pintu.

Kayla kembali melihat jam usang yang melingkar ditangannya, jam pemberian almarhum ayahnya dua tahun silam itu masih bisa di gunakan walau harus ganti baterai beberapa kali.

Hampir sepuluh menit dia tak mendapatkan tumpangan, Kayla putus asa dan berniat untuk memilih pulang saja. Pasalnya, jika sudah demikian, tentu tak ada yang bisa diharapkan. Dia tak akan lagi boleh mengikuti jam pertama pelajaran.

Saat Kayla berbalik arah dan akan melangkah pulang, sebuah mobil mewah berhenti di depannya.

“Butuh tumpangan, Dik?” tanya seorang laki-laki muda, namun berpenampilan rapi.

“Apa Kak lewat SMA Karya Bhakti?,” tanya Kayla memberanikan diri, walau dia memang jarang bergaul atau berkomunikasi dengan lawan jenis kecuali teman sekolah, tapi hari ini ia paksakan karena ingin mengikuti pelajaran.

“Iya, Dik. Kebetulan kantor tempat saya bekerja tak jauh dari sana. Ayo kalau mau ikut! Takut terlambat,” ajak Laki-laki bernama Atha itu menawarkan dengan ramah. Ia tersenyum manis dengan bibir yang terlihat klimis.

Karena memang tak ada pilihan lain, Kayla menurut, ia masuk ke dalam mobil Atha tanpa banyak bertanya.

“Siapa namamu,” tanya Atha membuka percakapan.

“Kayla, Kak,” jawabnya singkat.

Atha hanya mengangguk, “Namaku Atha.” Dia mengulurkan tangannya untuk menyalami Kayla.

Ragu, tapi karena segan akhirnya Kayla mengulurkan tangannya juga.

“Senang berkenalan denganmu!” Atha melengkungkan senyum.

“Sama-sama, aku juga terima kasih, karena sudah ikut nebeng,” angguk Kayla bersuara dengan pelan.

“Sama-sama, kalau kamu mau, aku bisa kasih kamu tebengan setiap hari,” Atha menawari.

“Terima kasih, tapi aku sudah biasa naik angkot. Ini tadi karena kesiangan jadi sudah ngga kebagian,” Kayla berkata dengan jujur.

“Oke, baiklah. Tapi, kalau suatu hari kamu mengalami hal seperti ini, bisa hubungi aku.” Atha menyerahkan kartu nama pada Kayla.

“Terima kasih.” Kayla segera turun. Ia masukan kartu nama itu sembarang pada tasnya dan langsung berlari menuju gerbang, karena hampir ditutup.

Atha belum pergi, ia masih mengamati sosok Kayla yang berjalan tergesa menuju ke dalam sekolahannya.

Kayla gadis kutu buku yang kesehariannya di sekolah ia habiskan untuk membaca, berdoa, agar hari ini tak lagi terulang. Ia yang memang lebih suka menyendiri di perpustakaan saat jam istirahat, sangat berbeda dengan teman yang lain yang memilih pergi ke kantin.

Karena giatnya belajar itulah yang membuat Kayla selalu jadi juara kelas bahkan satu sekolah. Prestasi akademiknya tak perlu diragukan. Namun kehidupannya yang terbatas dan di bawah garis kemiskinan itu membuat Kayla memilih untuk menjadi gadis pendiam dan tak baur berbaur. Tentu alasan keuangan juga menjaga hati, agar takย kena buly menjadi alasan terkuat untuk tegar dalam kesepian tanpa kawan.

Gadis yatim yang hanya tinggal bersama ibunya dan sekarang kondisi Ibunya pun sering sakit-sakitan, membuat Kayla harus mengikat perut menahan lapar, karena keterbatasan uang. Bahkan Ibunya pun belum pernah dibawa ke dokter hanya meminum obat warung saja.

Jam dua waktunya pulang sekolah, murid berlari menuju gerbang untuk pulang. Kayla pun melakukan hal yang sama, dengan perut keroncongan ia langsung berlari, bahkan sampai hampir terjatuh.

Ia harus segera mengambil kue untuk dia jajakan di taman kota sebelum pulang ke rumah. Dengan demikian ia bisa pulang membawa sebungkus makanan yang akan dimakan bersama Ibunya.

“Berikan uangmu!” Tiba-tiba Kayla dihadang preman saat tengah menjajakan jualannya. Kayla menatap ketakutan. Bimbang antara harus menyerahkan atau mempertahankan uang yang tak seluruhnya miliknya.

Cerita Pendek (Cerpen)
Editor: Loh

๐‘๐”๐’๐Œ๐ˆ๐

๐Š๐ž๐ญ๐ฎ๐š ๐ˆ๐ˆ ๐ƒ๐ž๐ฐ๐š๐ง ๐๐ข๐ฆ๐ฉ๐ข๐ง๐š๐ง ๐๐ฎ๐ฌ๐š๐ญ ๐’๐ž๐ซ๐ข๐ค๐š๐ญ ๐๐ž๐ซ๐ฌ ๐‘๐ž๐Ÿ๐จ๐ซ๐ฆ๐š๐ฌ๐ข ๐๐š๐ฌ๐ข๐จ๐ง๐š๐ฅ (๐ƒ๐๐- ๐’๐„๐๐„๐‘๐๐€๐’) ๐๐š๐ง ๐Š๐จ๐ซ๐๐ข๐ง๐š๐ญ๐จ๐ซ ๐๐š๐ฌ๐ข๐จ๐ง๐š๐ฅ (๐Š๐Ž๐‘๐๐€๐’) ๐Œ๐ž๐๐ข๐š ๐‚๐ž๐ญ๐š๐ค ๐๐š๐ง ๐Ž๐ง๐ฅ๐ข๐ง๐ž, ๐‘ฑ๐’–๐’“๐’๐’‚๐’๐’”๐’†๐’‘๐’†๐’“๐’๐’‚๐’”.๐’Š๐’…- ๐Œ๐„๐๐†๐”๐๐†๐Š๐€๐ ๐…๐€๐Š๐“๐€ ๐“๐€๐๐๐€ ๐๐€๐“๐€๐’ , ๐Œ๐ž๐ฅ๐š๐ฅ๐ฎ๐ข ๐ˆ๐ง๐ฏ๐ž๐ฌ๐ญ๐ข๐ ๐š๐ฌ๐ข ๐๐š๐ง ๐Œ๐จ๐ง๐ข๐ญ๐จ๐ซ๐ข๐ง๐  Telepon: 082332930636 / 082312911818.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *